Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya membutuhkan orang lain. Salah satu
cara berhubungan dengan orang lain kita melakukan komunikasi . Melalui
komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan
hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Komunikasi yang efektif ditandai
dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi,
bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi
rusak. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada
hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling
tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan jika terjadi
hubungan yang jelek.
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship.
Dari
segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi
yang berlangsung diantara komunikan. Dengan begitu menjalin hubungan interpersonal yang baik
sangat diperlukan karena bisa menentukan efektif atau tidaknya komunikasi yang
kita lakukan.
A. JENIS HUB UNGAN INTERPERSONAL
Hubungan
interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:
a. Hubungan
diad
Merupakan
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain
bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:
Ø Setiap
hubungan diad memiliki tujuan khusus
Ø Individu
dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
Ø Pada
hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang
unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang
lain.
b. Hubungan
Triad
Merupakan
hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
Ø Lebih
kompleks
Ø Tingkat
keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
Ø Keputusan
yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad,
keputusan diambil melalui negosiasi)
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:
a. Hubungan
Tugas
Merupakan
sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien
dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan
lain-lain.
b. Hubungan
Sosial
Hubungan
yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini
terbentuk baik secara personal dan sosial (social relationship). Sebagai
contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan
siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan Jangka waktu:
a. Hubungan
jangka pendek
Merupakan
hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan
antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
b. Hubungan
Jangka Panjang
Hubungan
ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin
banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan,
materi, waktu, komitmen dan sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu
banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman;
a. Hubungan
Biasa
Meruapakan
hubungan yang sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang
berkembang sifatnya impersonal atau ritual.
b. Hubungan
akrab/intim
Bersifat
personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu:
keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan
cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya
dalam jangka waktu yang lama telah banyak[1].
B. TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL
Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan
interpersonal, mengikuti Ikhtisar Coleman dan Hammen (1974:224-231) menyebutkan
empat model, yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat empat konsep pokok dalam teori ini, yaitu
Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan.
Ganjaran yang dimaksud
adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan
sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. biaya adalah
akibat yang dinilai negatif yang
terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik,
kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat
menimbulkan efek - efektidak menyenangkan. Sedangkan Hasil/ Laba adalah ganjaran dikurangi
biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa
ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang
mendatangkan laba. Dan Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku
(standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya
sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi
peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role
demand), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan
terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3. Model Permainan
Dalam model ini, orang- orang berhubungan
dalam bermacam- macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga
kepribadian manusia, Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak- Anak.
Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan
salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak-anak), dan
orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal
sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat- sifat struktural,
integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem- subsistem yang
saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai
sistem dengan sifat- sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada
karakteristik individu yang terlibat, sifat- sifat kelompok dan sifat- sifat
lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model
pertukaran, peranan, dan permainan.[2]
C. TAHAP PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini sering juga disebut sebagai tahap
perkenalan. Menurut Steve Duck , Perkenalan adalah proses komunikasi di mana
individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang- kadang tidak
sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada
bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara- cara yang agak berbeda pada
bermacam- macam tahap perkembangan persahabatan.
Beberapa peneliti seperti Newcomb(1961), Berger (1973), Zunun
(1972) dan Duck (1976) telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak
untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa
ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap
ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,
keadaan keluarga dan sebagainya.
2. Tahap Peneguhan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan
tindakan- tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor
yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
1. Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang
diperlukan.
2. Kesepakatan, yaitu kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana.
Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,
siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapa yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing- masing ingin berkuasa, atau tidak
ada pihak yang mau mngalah.
3. Ketepatan respons, artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai.
Misalnya, pertanyaan harus dijawab dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
keterangan dengan penjelasan. Dan respons ini bukan saja berkenaan dengan
pesan- pesan verbal, tetapi juga pesan-
pesan non verbal. Dalam hal ini, respons dapat dibagi menjadi dua, konfirmasi
dan diskonfirmasi. Menurut Sieburg dan Larson, konfirmasi akan
memperteguh hubungan interpersonal, sedangkan diskonfirmasi akan merusaknya.
4. Nada emosional yang tepat, yaitu keserasian suasana emosional ketika berkomunikasi.
Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional
yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi.
3. Tahap Pemutusan
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika empat faktor di atas tidak ada,
hubungan interpersonal akan di akhiri, penelitian tentang pemutusan hubungan masih
jarang sekali di lakukan. Walaupun demikian, kita dapat mengambil analisis R.
D. Nye (1973) dalam bukunya Conflict among Humans,
menyebutkan lima sumber konflik, yaitu :
1) Kompetisi : salah satu pihak berusaha
memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
2) Dominasi : salah satu pihak berusaha
mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasa hak- haknya dilanggar.
3) Kegagalan : masing - masing berusaha
menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
4) Provokasi : salah satu pihak terus menerus
berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
5) Perbedaan nilai : kedua belah pihak
tidak sepakat tentang nilai- nilai yang mereka anut. [3]
D. FAKTOR PERTUMBUHAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
1. Percaya (Trust)
Sejak tahap pertama pada hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai
pada tahap kedua (tahap peneguhan), “ percaya” menentukan efektivitas
komunikasi. Secara ilmiah, “ percaya ” didefinisikan sebagai “ mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki , yang pencapaiannya
tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967 :224-234).
Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya : (1) ada situasi yang menimbulkan
risiko. Bila orang menaruh kepercayaan pada seseorang , ia akan menghadapi
risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang Anda alami . bila tidak ada
risiko, percaya tidak diperlukan. (2) orang yang menaruh kepercayaan pada orang
lain berarti menyadari bahwa akibat- akibatnya bergantung pada perilaku orang
lain. (3) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik
baginya.
“ Percaya” akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka
saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Dan hilangnya
kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal
yang akrab.
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor- faktor personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dsb) atau
faktor- faktor situasional. Di antara faktor- faktor situasional adalah
perilaku komunikasi orang lain[4].
Kita dapat bersikap mendukung dalam semua hubungan antarpersona kita bila kita
lebih mengetahui perilaku- perilaku yang mengurangi atau membangkitkan sikap
defensif. Dalam sebuah artikelnya yang
sangat berpengaruh tentang kepercayaan antar persona, Gibb (1961) membedakan
suasana yang dapat dibangun lewat komunikasi, yaitu iklim suportif dan iklim
defensif. Ia menguraikan dua keadaan itu berdasarkan pada enam perangkat
kategori[5] seperti pada tabel di bawah ini :
NO
|
IKLIM DEFENSIF
|
PROBLEM YANG TIMBUL
|
IKLIM SUPORTIF
|
1
|
Evaluasi
|
Merasa dinilai meningkatkan sikap defensif
(bertahan) kita
|
Deskripsi
|
2
|
Kontrol
|
Kita mengontrol seseorang yang mengontrol
kita
|
Orientasi masalah
|
3
|
Strategi
|
Bila kita mempersepsi suatu strategi atau
motif dasar, kita menjadi defensif
|
Spontanitas
|
4
|
Netralitas
|
Bila pembicara kurang peduli terhadap kita,
kita menjadi defensif
|
Empati
|
5
|
Superioritas
|
Orang yang bertindak superior membangkitkan
perasaan defensif
|
Kesederajatan
|
6
|
kepastian
|
Mereka yang “serba tahu” membangkitkan sikap
bertahan kita.
|
Provinsialisme
|
Sumber : Dari Jack R. Gibb, “Devensive
Communication,” Journal of Communication 11 (1961) : 141-148.
Dicetak ulang atas izni the International
Communication Association.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme.
Sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan lebih
dahulu karakteristik orang dogmatis. Dengan menggunakan Brooks dan Emmert
(1977) sebagai rujukan, karakteristik orang
yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakteristik orang tertutup
(dogmatis) dalam tabel berikut :
NO
|
SIKAP TERBUKA
|
SIKAP TERTUTUP
|
1
|
Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan
data dan keajekan logika.
|
Menilai pesan berdasarkan motif- motif
pribadi.
|
2
|
Membedakan dengan mudah, melihat nuansa,
dsb.
|
Berpikir simplistis, artinya berfikir hitam-
putih (tanpa nuansa).
|
3
|
Berorientasi pada isi.
|
Bersandar lebih banyak pada sumber pesan
daripada isi pesan.
|
4
|
Mencari informasi dari berbagai sumber.
|
Mencari informasi tentang kepercayaan orang
lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.
|
5
|
Lebih bersifat provisional dan bersedia
mengubah kepercayaannya.
|
Secara kaku mempertahankan dan memegang
teguh sistem kepercayaannya.
|
6
|
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai
dengan rangkaian kepercayaannya.
|
Mengabaikan, mendistrosi dan menilak pesan
yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.
|
Agar komunikasi interpersonal yang kita
lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efekif, dogmatisme harus
digantikan dengan sikap terbuka. Bersama- sama dengan sikap percaya dan sikap
suportif , sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling
menghargai, dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan
interpersonal[6].
IV.
SIMPULAN
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan
interpersonal menurut Coleman dan Hammen ada empat model, yaitu : 1. Model
pertukaran sosial (social exchange model), 2. Model
peranan (role model), 3. Model permainan (the “ games
people play” model), dan 4. Model interaksional (interactional
model). Dan apapun teori hubungan interpersonal yang kita gunakan, kita
akan melihat hal yang sama : hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk
kedua belah pihak. Ketika saya berhubungan dengan anda, Anda bukan lagi Anda
yang biasa, Anda berubah karena pertemuan dengan saya. Hubungan interpersonal
ini berlangsung melewati tiga tahap, yaitu : pembentukan hubungan, peneguhan
hubungan, dan pemutusan hubungan.
Pola- pola komunikasi interpersonal mempunyai
efek yang berlainan pada hubungan interpersonal, yang menjadi soal bukanlah berapa
kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu
dilakukan. Bila antara Anda dengan saya berkembang sikap curiga, makin sering
Anda berkomunikasi dengan saya makin jauh jarak kita. Untuk itu, agar hubungan
interpersonal berkembang baik, maka harus ada setidaknya tiga hal, yaitu :
Percaya, sikap suportif dan sikap terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph A, Komunikasi Antar Manusia,
Jakarta : Professional Books, 1997.
Mulyana, Deddy, Huuman Communication,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Rakhmat,
Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya ,1996.
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf.
diakses 29 april 2012,
pukul 13:53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar