welcome

berkaryalah, sekecil apapun itu!!!
101211064

Minggu, 13 Mei 2012

Hubungan Interpersonal



Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya membutuhkan orang lain. Salah satu cara berhubungan dengan orang lain kita melakukan komunikasi . Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan jika terjadi hubungan yang jelek.
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Dengan begitu menjalin hubungan interpersonal yang baik sangat diperlukan karena bisa menentukan efektif atau tidaknya komunikasi yang kita lakukan.

A.    JENIS HUB UNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1.      Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:
a.       Hubungan diad
Merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:
Ø  Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus
Ø  Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
Ø  Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
b.      Hubungan Triad
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
Ø  Lebih kompleks
Ø  Tingkat keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
Ø  Keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi)
2.      Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:
a.       Hubungan Tugas
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
b.      Hubungan Sosial
Hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk baik secara personal dan sosial (social relationship). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3.      Berdasarkan Jangka waktu:
a.       Hubungan jangka pendek
Merupakan hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
b.      Hubungan Jangka Panjang
Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4.      Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman;
a.       Hubungan Biasa
Meruapakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang berkembang sifatnya impersonal atau ritual.
b.      Hubungan akrab/intim
Bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu: keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak[1].
B.     TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL
Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan interpersonal, mengikuti Ikhtisar Coleman dan Hammen (1974:224-231) menyebutkan empat model, yaitu :

1.      Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat empat konsep pokok dalam teori ini, yaitu Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek - efektidak menyenangkan. Sedangkan Hasil/ Laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Dan Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang.
2.      Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demand), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3.      Model Permainan
Dalam model ini, orang- orang berhubungan dalam bermacam- macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga kepribadian manusia, Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak- Anak.
Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak-anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.

4.      Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat- sifat struktural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem- subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat- sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu yang terlibat, sifat- sifat kelompok dan sifat- sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan, dan permainan.[2]
C.    TAHAP PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
1.      Tahap Pembentukan
Tahap ini sering juga disebut sebagai tahap perkenalan. Menurut Steve Duck , Perkenalan adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang- kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara- cara yang agak berbeda pada bermacam- macam tahap perkembangan persahabatan.
Beberapa peneliti  seperti Newcomb(1961), Berger (1973), Zunun (1972) dan Duck (1976) telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

2.      Tahap Peneguhan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan- tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
1.      Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
2.      Kesepakatan, yaitu kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapa yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing- masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mngalah.
3.      Ketepatan respons, artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai. Misalnya, pertanyaan harus dijawab dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, keterangan dengan penjelasan. Dan respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan- pesan verbal, tetapi juga  pesan- pesan non verbal. Dalam hal ini, respons dapat dibagi menjadi dua, konfirmasi dan diskonfirmasi. Menurut Sieburg dan Larson, konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal, sedangkan diskonfirmasi akan merusaknya.
4.      Nada emosional yang tepat, yaitu keserasian suasana emosional ketika berkomunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
3.      Tahap Pemutusan
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika empat faktor di atas tidak ada, hubungan interpersonal akan di akhiri, penelitian tentang pemutusan hubungan masih jarang sekali di lakukan. Walaupun demikian, kita dapat mengambil analisis R. D. Nye (1973) dalam bukunya Conflict among Humans, menyebutkan lima sumber konflik, yaitu :
1)      Kompetisi  : salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
2)      Dominasi   : salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasa hak- haknya dilanggar.
3)      Kegagalan : masing - masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
4)      Provokasi  : salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
5)      Perbedaan nilai     : kedua belah pihak tidak sepakat tentang nilai- nilai yang mereka anut. [3]
D.    FAKTOR PERTUMBUHAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
1.      Percaya (Trust)
Sejak tahap pertama pada hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “ percaya” menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah, “ percaya ” didefinisikan sebagai “ mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki , yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967 :224-234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya : (1) ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh kepercayaan pada seseorang , ia akan menghadapi risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang Anda alami . bila tidak ada risiko, percaya tidak diperlukan. (2) orang yang menaruh kepercayaan pada orang lain berarti menyadari bahwa akibat- akibatnya bergantung pada perilaku orang lain. (3) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
“ Percaya” akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Dan hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.
2.      Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor- faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dsb) atau faktor- faktor situasional. Di antara faktor- faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain[4]. Kita dapat bersikap mendukung dalam semua hubungan antarpersona kita bila kita lebih mengetahui perilaku- perilaku yang mengurangi atau membangkitkan sikap defensif.  Dalam sebuah artikelnya yang sangat berpengaruh tentang kepercayaan antar persona, Gibb (1961) membedakan suasana yang dapat dibangun lewat komunikasi, yaitu iklim suportif dan iklim defensif. Ia menguraikan dua keadaan itu berdasarkan pada enam perangkat kategori[5] seperti pada tabel di bawah ini :
NO
IKLIM DEFENSIF
PROBLEM YANG TIMBUL
IKLIM SUPORTIF
1
Evaluasi
Merasa dinilai meningkatkan sikap defensif (bertahan) kita
Deskripsi
2
Kontrol
Kita mengontrol seseorang yang mengontrol kita
Orientasi masalah
3
Strategi
Bila kita mempersepsi suatu strategi atau motif dasar, kita menjadi defensif
Spontanitas
4
Netralitas
Bila pembicara kurang peduli terhadap kita, kita menjadi defensif
Empati
5
Superioritas
Orang yang bertindak superior membangkitkan perasaan defensif
Kesederajatan
6
kepastian
Mereka yang “serba tahu” membangkitkan sikap bertahan kita.
Provinsialisme
Sumber : Dari Jack R. Gibb, “Devensive Communication,” Journal of Communication 11 (1961) : 141-148.                     Dicetak ulang atas izni the International Communication Association.

3.      Sikap terbuka
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme. Sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan lebih dahulu karakteristik orang dogmatis. Dengan menggunakan Brooks dan Emmert (1977) sebagai rujukan, karakteristik orang  yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakteristik orang tertutup (dogmatis) dalam tabel berikut :
NO
SIKAP TERBUKA
SIKAP TERTUTUP
1
Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajekan logika.
Menilai pesan berdasarkan motif- motif pribadi.
2
Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
Berpikir simplistis, artinya berfikir hitam- putih (tanpa nuansa).
3
Berorientasi pada isi.
Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan.
4
Mencari informasi dari berbagai sumber.
Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.
5
Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.
Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem kepercayaannya.
6
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
Mengabaikan, mendistrosi dan menilak pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efekif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama- sama dengan sikap percaya dan sikap suportif , sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal[6].


 IV.            SIMPULAN
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal menurut Coleman dan Hammen ada empat model, yaitu : 1. Model pertukaran sosial (social exchange model), 2. Model peranan (role model), 3. Model permainan (thegames people playmodel), dan 4. Model interaksional (interactional model). Dan apapun teori hubungan interpersonal yang kita gunakan, kita akan melihat hal yang sama : hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk kedua belah pihak. Ketika saya berhubungan dengan anda, Anda bukan lagi Anda yang biasa, Anda berubah karena pertemuan dengan saya. Hubungan interpersonal ini berlangsung melewati tiga tahap, yaitu : pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
Pola- pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal, yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Bila antara Anda dengan saya berkembang sikap curiga, makin sering Anda berkomunikasi dengan saya makin jauh jarak kita. Untuk itu, agar hubungan interpersonal berkembang baik, maka harus ada setidaknya tiga hal, yaitu : Percaya, sikap suportif dan sikap terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Devito, Joseph A, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta : Professional Books, 1997.
Mulyana, Deddy, Huuman Communication, Bandung : PT  Remaja Rosdakarya, 2005.
 Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT  Remaja Rosdakarya ,1996.





[2]Jalaludin, Rakhmat,  Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT  Remaja Rosdakarya ,1996). Hlm. 121-124
[3] Ibid. hlm. 125-129
[4] Ibid, hal.133
[5] Deddy, Mulyana , Huuman Communication, (Bandung : PT  Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 197-198
[6] Jalaludin, Rakhmat, Op. Cit. Hal. 136- 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar